Inflasi Konsumen China
PILARGLOBALNEWS,-- Trend CPI Negeri Tirai Bambu Meski
mengalami penurunan tetaplah berada di dekat kisaran tertinggi sejak akhir
2011. Pasalnya kebutuhan masyarakat di sana terhadap daging babi masih relatif
tinggi ditengah wabah virus Corona yang sempat membuat aktivitas ekonomi di
beberapa kota di China lumpuh total. Padahal, seperti yang sudah diketahui
sebelumnya, kelangkaan pasokan daging babi telah terjadi sejak tahun lalu
karena wabah demam babi Afrika yang menghabiskan setengah dari total populasi babi.
Inflasi Produsen Mengalami Deflasi.
Departemen Statistik China mempublikasikan data Inflasi di
tingkat Konsumen bulan Februari yang tumbuh 5.2 persen secara tahunan
(Year-over-Year) atau sedikit melambat dibandingkan data CPI bulan sebelumnya
sebesar 5.4 persen. Sementara itu, bila diukur secara bulanan (MoM), maka
Inflasi Konsumen China naik 0.8 persen setelah meroket 1.4 persen pada bulan
Januari lalu.

Cukup beralasan,
mengingat aktivitas ekonomi di sana sempat lumpuh selama beberapa pekan akibat
virus Corona, tercermin dari rilis terbaru data PMI Manufaktur maupun Jasa
China yang terperosok tajam. Tidak tertutup kemungkinan trend Inflasi Produsen
China akan tetap berada di zona deflasi untuk bulan Maret mendatang. Pasalnya
hingga saat ini, sejumlah pabrik melaporkan bahwa permintaan belum kembali
normal. Selain itu, trend CPI diprediksi akan tetap tinggi karena pasokan
beberapa bahan makanan seperti daging masih terbatas.
Ekonomi China kuartal
pertama tahun ini tengah menghadapi resiko perlambatan cukup signifikan. Bahkan
beberapa ekonom melihat data GDP berpotensi terperosok hingga berada di bawah
level 6 persen secara tahunan. Padahal pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen itu
saja sudah termasuk pencapaian terendah dalam beberapa dekade terakhir. (erseputarforexgoogle)
Tidak ada komentar